Buruknya kondisi mutu pendidikan Indonesia, ditambah lagi penerapan kurikulum baru yang terkesan buru-buru membuat cemas banyak pihak. Bagi banyak pendidik, kondisi ini akan mendorong Indonesia seperti berada di zaman batu pada era globalisasi.
Menurut Anggota Komisi X DPR RI, Rohmani, situasi tersebut tidaklah sepenuhnya salah. Artinya, memang ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dalam pendidikan Indonesia, salah satunya adalah kurikulum.
Rohmani memaparkan, meski diperlukan, perubahan kurikulum haruslah diawali dengan riset menyeluruh terlebih dahulu. "Kita perlu mencari tahu, apa kekurangan-kekurangan kurikulum sebelumya, lalu dievaluasi dan segera dibenahi," ujar Rohmani ketika dihubungi Okezone, Rabu (27/2/2013).
Hal kedua yang perlu diperbaiki, imbuh Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini adalah pelaksanaan ujian nasional (UN). Menurutnya, UN seharusnya tidak dijadikan standar kelulusan, karena para guru dan siswa nanti hanya akan fokus dengan bagaimana cara mengerjakan soal agar lulus dalam UN.
"Dan hal itu akan membuat siswa kurang kreatif. UN seharusnya hanya dijadikan pemetaan," imbuhnya.
Dalam sebuah laporan mendalam yang dikeluarkan Aljazeera baru-baru ini, Indonesia disebut sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terburuk di dunia. Al Jazeera memotret buramnya pendidikan Indonesia lewat kacamata sukarelawan guru dan siswa di daerah terdepan, terluar, dan terpencil (3-T), serta dibandingkan dengan penilaian siswa di perkotaan. Liputan ini juga menyoroti buruknya mutu guru dan infrastruktur sekolah sebagai penunjang merosotnya kualitas pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar