Dalam laporan yang dirilis Aljazeera, sistem pendidikan Indonesia disebut menyerupai pendidikan di zaman batu pada era globalisasi. Hal ini disebabkan peringkat sistem pendidikan Indonesia yang berada pada urutan terakhir di antara 50 negara lainnya.
Namun, pernyataan tersebut dianggap Pengamat Pendidikan dari Universitas Paramadina M Abduhzen terlalu berlebihan. "Budaya zaman batu tidak sekolah. Jadi terlalu berlebihan jika pendidikan Indonesia dikatakan demikian," tutur Abduhzen ketika dihubungi Okezone, Rabu (27/2/2013).
Meski demikian, Abduhzen setuju jika sistem dan metodologi pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lainnya. Sebut saja budaya pengajaran yang berjalan satu arah, minimnya tugas membaca, serta penekanan budaya menghafal daripada berpikir kreatif.
"Riset pendidikan yang dilakukan oleh Prof. Dedy pada era 70-an saya kira masih relevan dengan kondisi pendidikan saat ini. Satu problem kronis dalam pendidikan kita adalah praktik kelas yang membosankan karena pelajaran satu arah, kapasitas guru minimal, dan metodologi pembelajaran yang menjemukan," paparnya.
Abduhzen menilai, sudah banyak upaya yang dilakukan pemerintah maupun berbagai pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air. Namun, upaya tersebut tidak dapat berhasil jika hanya dilakukan pada kulit luar.
"Sudah ada upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah. Tapi itu kurang mendasar sehingga hasilnya belum dapat terlihat," imbuh Abduhzen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar